Rabu, 14 Maret 2012

sentra ciu di sukoharjo

Orang Solo sering menyebut
minuman tradisional itu dengan
sebutan Ciu. Karena “pabrik-
pabrik” nya banyak ditemui di
kawasan Bekonang – Sukoharjo
(sebuah daerah kawasan
pinggiran Solo) tak sedikit yang
menyebutnya dengan sebutan
Ciu
Bekonang.
Minuman ciu ini dianggap dan
disepakati keharamannya
karena
mengandung alkohol yang tidak
sedikit. Sebuah referensi sumber
dari kepolisian RI yang
kuperoleh
menyebutkan bahwa Ciu
mengandung kadar alkohol
cukup
tinggi yaitu sekitar 30-40%.
Busyet dah,, Tak salah jika
minuman ini sangat efektif
untuk
membuat orang yang
meminumnya mabuk, dan
ngomyang (ngigau) jika pada
kondisi “tinggi”.
Gimana caranya bikin Ciu,
sejujurnya aku tidak
mengetahuinya. Namun, setelah
kucoba googling kesana kemari,
kuperoleh sedikit referensi
singkat tentang proses
membuat
minuman Ciu ini. Simpel-nya,
cairan berisi campuran gula
kelapa, tape singkong, dan laru
dilarutkan dan dicampur ke
dalam
sebuah panci yang dibakar di
atas
perapian. Setelah itu, panci
ditutup. Kemudian tutup panci
tersebut dihubungkan dengan
pipa bambu, lantas disalurkan
melewati air dingin. Selanjutnya
di
ujung pipa ditempatkan gelas
kaca
besar berukuran 2-3 liter untuk
menampung air hasil
sulingannya.
Demikian sedikit referensi
tentang
proses pembuatan minuman Ciu.
Jika ingin melihat reaksi
ngomyang para peminum Ciu ini
silakan kawan-kawan datang ke
Jalan Ciu Bekonang. Di warung-
warung sekitarnya, ciu
dihidangkan dengan berbagai
rasa, tergantung campurannya
(sumber). Misalnya ada istilah
cisprite, campuran dengan
minuman ringan Sprite, dengan
perbandingan 1:1. Selain itu, ada
pula cikola (campuran ciu dan
Coca-cola), ciut (ciu dengan
Nutrisari), cias (ciu dengan
wedang asam), ciu tiga dimensi
(campuran ciu dengan bir dan
Kratingdaeng), dan ciu empat
dimensi (ciu, bir, Kratingdaeng,
dan Sprite), serta kidungan (ciu
dengan campuran air rendaman
tanduk kijang). Jenis terakhir ciu
campuran itu diyakini sebagai
obat kuat. Kalao masih kurang,
silakan ciu dicampur dengan
obat
Bodrex.
hahahahaha. Rasakan
sensasinya
bersama “malaikat-malaikat”.
Minuman asal Bekonang Solo ini
rupa-rupanya dijual cukup
murah.
Bermodal Rp. 5.000,- perak saja,
anda sudah bisa menikmati
flying
on the sky dengan menegak 1
liter
ciu sambil ngomyang. Karena
murahnya harga banyu gendeng
(minuman yang bisa bikin gila)
ini,
ciu sering diasosiasikan sebagai
sebuah perlawanan dari rakyat
jelata terhadap serangan gaya
hidup global melalui masuknya
minuman-minuman “modern”
ala
Coca Cola atau Sprite dan Fanta.
Lebih dari itu, minuman ini juga
menjadi semacam pelarian
mudah
dan murah bagi kalangan kaum
“rendahan” untuk menikmati
flying dan mendem (mabuk) di
kala malam yang dingin. Bila
dibandingkan dengan minuman
keras beralkohol produk-produk
luar negeri yang harganya
relatif
mahal, maka ciu telah menjadi
solusi.
Kendatipun disebut dan
dikonotasikan sebagai minuman
para preman dan pekerja-
pekerja
kelas rendahan, pada akar
sejarahnya minuman ciu ini
sebenarnya justru berasal dari
sebuah budaya menyimpang
Kraton yang dipengaruhi oleh
bujukan para penjajah Belanda.
Sumber:
fans page- dukung ciu bekonang mnjadi minuman n0 1 khas kota solo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar